Aksi 22 Mei 2019 KS Tubun

Pagi ini tanggal 22 Mei 2019 ketika menyetel televisi, melihat ada aksi kerusuhan akibat pendemo terkait rekapitulasi KPU. Namun lokasi terjadinya aksi bentrok terhadap massa dan aparat kepolisian yaitu di KS Tubun, Jakarta Barat. Secara notabene, daerah ini cukup ramai dan cukup ramai daerah pemukiman dan perkantoran.

Menurut berita yang saya baca di Kompas TV dan di media Merdeka, sejumlah massa saling lempar dengan petugas yang tengah berjaga. Jika menurut sumber berita Merdeka, massa melempar dengan bom molotov dan para aparat melakukan preventif dengan menembakkan gas air mata.

Ngerinya adalah bentrok itu dekat dengan pemukiman warga. Karena mengingat daerah tersebut adalah daerah padat penduduk bahkan juga padat perkantoran dan ruko. Warga dihimbau untuk tidak keluar terlebih dahulu, karena situasi masih memanas.

Yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah mengapa bentrok massa ini harus terjadi di dekat permukiman warga? Bukankah sangat membahayakan bagi warga sekitar yang tidak tahu apa-apa dan tiba-tiba saja secara tidak langsung bisa terlibat.

Efek Bentrokan

Selain itu juga, kerusakan yang terjadi akibat bentrokan antara massa dan aparat kepolisian tentu saja imbasnya ke warga sekitar. Bagaimana tidak, kerugian materil dan waktu tentu bisa dirasakan.

Kerugian materil, warga secara tidak langsung mungkin entah itu rumahnya, properti rumah, hingga kendaraan pribadi biasanya ada yang terkena imbasnya. Seperti contohnya, kendaraan terkena timpukan, tergores, hingga membakar mobil dari aksi anarkis massa.

Kerugian waktu, warga secara langsung mendapatkan efek ini karena bagi mereka yang ingin bekerja mau tidak mau harus menunda waktunya berangkat kerja hingga membatalkan untuk pergi ke tempat kerja karena situasi yang sedang memanas.

Kesimpulan

Berdasarkan opini saya sendiri, jika kita berpikir secara akal sehat, untuk apa massa menghimpun tenaga dan melakukan anarkis? Bukankah merugikan diri sendiri? Bisa saja terluka akibat bentrokan tersebut bukan?

Bukankah merugikan orang lain itu sama saja berdosa? Apalagi di bulan Ramadhan ini, daripada melakukan penghimpunan massa dan berbuat anarkis apakah lebih baik duduk tenang ke masjid dan membagikan takjil? Bagi anda yang beragama islam, tentu mengerti konsekuensinya jika merugikan orang lain, terlebih di bulan Ramadhan.

Inti dari puasa adalah menahan hawa nafsu. Apakah dengan berdemo dengan anarkis termasuk dalam jihad? Melawan hawa nafsu notabene adalah menjaga nafsu yang paling utama. Dan pahalanya lebih besar yang menjaga nafsu ketimbang aksi yang berakibat perusakan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *