Kriteria Presiden yang Baik versi 2019

Menjelang pemilu yang nantinya akan diadakan secara serentak pada tanggal 17 April 2019, di sela-sela kerja saya akan sedikit share tentang kriteria presiden yang baik versi 2019 dari berbagai research dan referensi di internet. Di sini ada beberapa point yang bisa kita ikuti.

Saran yang saya berikan tentunya akan merujuk pada pertanyaan: Bagaimana cara memilih presiden yang baik. Pada referensi ini, kita akan menggunakan akal sehat dan common sense kita. Siapapun presiden yang terpilih, entah itu Jokowi atau Prabowo, kita doakan yang terbaik.

Pilih Presiden kalau berbicara berdasarkan data & Rencana yang Jelas

Yang namanya Presiden, tidak bisa kita membicarakan hal fiksi apalagi hal yang memang tidak dibuktikan dengan data. Terlepas data itu salah/benar atau kurang akurat, paling tidak ketika ingin memaparkan sesuatu harus memiliki acuan yang fundamental, yaitu data yang sudah di research dengan benar dan teliti. Bukan hanya berdasarkan katanya dan sugesti yang tidak jelas.

Karena sangat disayangkan ketika calon presiden yang kalau berbicara itu cenderung ngawur dan tidak berdasarkan data, ya bisa-bisa semua tindakan dan kebijakannya hanya berdasarkan asumsi saja, bisa gawat.

Selain memiliki fundamental data, yang tak kalah penting adalah perencanaan. Tahap perencaan sangat perlu, karena yang namanya seorang pemimpin harus bisa memimpin dan punya visi misi yang jelas, yang realistis dan terpenting adalah masuk akal. Jangan sampai ada rencana yang tidak jelas, hanya berdasarkan angan-angan dan mimpi saja, lalu pada akhirnya programnya tidak jelas gimana. Karena ini sangat penting kita cek program calon presiden, mana yang mimpi atau angan-angan dan mana yang menggunakan akal sehat.

Seperti dulu ada pemilihan Gubernur program DP 0%. Memang menggiurkan apalagi katanya, gaji di bawah UMR bisa menikmati. Tapi kalau kamu yang mengerti dan pernah belajar ekonomi atau sudah pernah mencicil rumah, ini cukup menggelikan sih. Ternyata setelah program berjalan, muncullah beberapa syarat kondisi yang ternyata tidak disebutkan dalam kampanye gubernur tersebut. Mungkin sebutannya jebakan betmen. Menurut saya ini adalah rencana yang tidak matang dan hanya lip service demi mendulang suara rakyat saja.

Pilih Presiden yang dikelilingi Akademisi & Orang-orang Cinta Negara

Saya percaya masih ada banyak orang di luar sana yang masih dengan cinta negara dan sudah pasti biasanya tidak akan korupsi. Kita mungkin belum tahu anggota kabinet calon presiden ini nantinya seperti apa, tapi paling tidak pastikan untuk memilih presiden yang memang mempunyai hubungan dekat dan dikelilingi para akademisi yang kompeten di bidangnya dan BUKAN akademisi keblinger atau akademisi asal ngomong ngawur di depan media atau televisi.

Saran saja, jika ada akademisi yang termasuk keblinger dan ngomongnya sudah ngawur, ngomongnya sudah sok pintar dan bukan berbicara berdasarkan nilai-nail akademisi, namun berdasarkan omongan ngawur dan tidak jelas, disarankan lebih baik LUPAKAN saja.

Pastikan kamu memilih presiden yang memang di belakangnya adalah akademisi yang kompeten, baik dan kalau berbicara berdasarkan data dan fakta, bukan bicara HOAX, punya rasionalitas berpikir, tidak fitnah dan ngomong ngawur. Sebagai tambahan juga, hindari orang-orang yang di dalam kubunya suka membagikan Hoax, fitnah dan ngomong depan umum suka asal-asalan. Kamu bisa pakai logika untuk menentukan.

Konsisten, Revolusioner dan Realistis

Point ke 3 yang terpenting yaitu pilih presiden yang konsisten, kemudian dia adalah seseorang yang revolusioner dan memiliki rencana yang benar-benar realistis. Sebagai contoh Pak Soeharto sudah 32 tahun menjadi presiden, namun terbukti adalah seorang yang visioner. Karena terbukti zaman dulu banyak pembangunan seperti jalan tol dan bandara Soekarno Hatta sekarang masih berdiri dan semakin berkembang. Walaupun menjadi presiden 30 tahunan, namun bukan berarti Pak Soeharto adalah presiden terbaik sepanjang masa.

Oleh karena itu pilihlah Presiden yang visioner dengan misi yang jelas. Bukan mengutarakan misi yang tidak jelas dan tidak realisits. Membicarakan soal realistis, maka berhubungan dengan skala prioritas.

Semua prilaku, statement dan arah kebijakannya bisa diterima nalar umum

Yang sangat terpenting sekali, yaitu pilih presiden dimana semua prilaku entah itu kebijakan atau statement dan aksinya bisa diterima dengan akal sehat kita atau nalar umum. Termasuk di dalamnya yaitu gerak-geriknya, lalu program rencananya itu bisa di lihat secara nalar dan diterima norma-norma yang ada.

Mengerti betul investasi pada platform di era globalisasi

Hidup di era globalisasi dan menyongsong era serba digital ini, tentunya kita harus memilih presiden yang mengerti betul akan kebutuhan negera ini, dimana kita akan menghadapi era 4.0 dimana dalam 5-10 tahun ke depan, negara ini akan berkembang sangat pesat dalam periode pendek.

Banyaknya platform yang akan ditawarkan dari luar negri juga harus diperhitungkan karena nantinya, investasi akan mengalir banyak demi pertumbuhan platform dalam negeri dalam rangka menyongsong era globalisasi.

Karena saya menilai, dalam 5-10 tahun ke depan, tidak ada yang namanya perang fisik. Nantinya akan berjalan namanya perang digital dan perang ekonomi. Makanya sangat penting untuk memilih presiden yang mengerti tantangan besar ini, bisa berkoordinasi menjaga kestabilan ekonomi dan bisa menyaingi negara berkembang lainnya dalam era globalisasi dan digitalisasi. Dalam hal ini presiden harus mengerti aspek ekonomi, aspek digitalisasi, aspek fintech, aspek globalisasi, aspek investasi dan segala macam yang berhubungan dengan bisnis.

Itulah beberapa hal point penting yang bisa kita ambil untuk referensi dalam memilih presiden. Karena saya takut kalau presiden terpilih nantinya akan gaptek dengan ekonomi global, lalu hanya berkontribusi untuk antek-anteknya saja, korupsi berjamaah, korupsi tidak seberapa malah tidak apa, dsb. Dengan begitu kita kembali lagi ke zaman batu.

Jangan golput, pilih presiden tanggal 17 April 2019 nanti.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *